7. Evolusi burung


     Dalam biologi, burung, meski berdarah panas, dianggap berkerabat dengan reptil. Bersama keluarga buaya, burung membentuk kelompok yang disebut Archosauria. Diduga burung berkembang dari sejenis reptil. Untuk saat ini, mayoritas peneliti menganggap burung berkembang dari dinosaurus theropod yang berkembang di era mesozoic. Sebagian kecil ilmuwan berpandangan burung berevolusi dari dinosaurus yang lebih tua lagi.

     Fosil burung tertua yang ditemukan (bukan burung pertama) saat ini adalah Archaeopteryx, khususnya Archaeopteryx lithographica, yang ditemukan di tahun 1861, hanya dua tahun setelah Darwin mempublikasikan On the Origin of Species. Sejauh ini telah ditemukan sedikitnya 8 spesimen Archaeopteryx, termasuk 1 fosil bulu, dan semua itu diidentifikasi dalam beberapa spesies berbeda. Teori evolusi burung sendiri amat terbantu oleh temuan-temuan baru fosil di China sejak tahun 1990.

     Archaeopteryx memiliki ciri reptil seperti kaki yang panjang, 3 jari dengan cakar, dagu dan gigi seperti dinosaurus theropod kecil, serta ekor memanjang dari tulang ekor seperti milik dinosaurus kecil. Di sisi lain, Archaeopteryx juga memiliki sayap untuk terbang dan bulu seperti burung. Karena alasan inilah, ilmuwan umumnya menganggap Archaeopteryx sebagai burung yang memiliki ciri dinosaurus kecil. Salah satu perbedaan mendasar antara archaeopteryx dengan burung adalah archaeopteryx tidak memiliki paruh, melainkan rahang yang dipenuhi gigi-gigi kecil.

     Salah satu fitur burung yang dimiliki Archaeopteryx adalah bulu, dan awalnya ini dianggap fitur khusus yang hanya dimiliki burung. Namun belakangan telah ditemukan dinosaurus yang juga memiliki bulu, yakni Protoarchaeopteryx robusta dan Caudipteryx zoui, dan keduanya tak digolongkan sebagai burung. Begitu juga temuan pada Pedopenna, serta genus Microraptor, yang memiliki bulu pada lengan, ekor, serta kaki, membuatnya dijuluki dinosaurus bersayap empat (four winged dinosaur). Juga temuan-temuan terbaru kemudian.

     Temuan tersebut mengindikasikan bulu telah berkembang pada threropod sebelum burung. Untuk apa fungsi bulu bagi mereka, masih belum diketahui. Apakah untuk melayang lebih lama, melayang lebih tinggi, untuk menghangatkan diri, atau mungkin menarik perhatian pasangan. Dengan kata lain, fitur bulu tidak lagi eklusif sebagai fitur milik burung.

     Ciri lain seperti tulang berongga juga telah ditemukan pada dinosaurus, dan bukan eklusif dimiliki burung semata.

     Menyangkut kajian atas burung unta, Harun Yahya mengklaim Dr. Alan Feduccia dan Dr. Julie Nowicki telah menemukan hal yang mereka yakini sebagai bukti bahwa burung tak mungkin merupakan keturunan dinosaurus. Benarkah demikian? Untuk itu, mari kita simak sumber aslinya di ScienceDaily (lihat pranala di bawah). Jika kita simak, nampak bahwa Dr. Alan sama sekali tidak membantah bahwa burung berevolusi. Yang ingin ia katakan adalah bahwa mungkin burung dan dinosaurus memiliki moyang bersama yang lebih tua. Simak kutipan di bagian akhir artikel:
Far more likely is that birds and dinosaurs had a much older common ancestor
     Singkatnya, Dr. Alan termasuk yang menolak gagasan burung berevolusi dari dinosaurus theropod. Tidak sekalipun dia membantah bahwa burung berevolusi. Ini adalah satu contoh kasus lain dimana artikel dan pandangan asli telah direkayasa oleh Harun Yahya sehingga seakan membenarkan argumennya.

     Selanjutnya, kita bicara tentang Sinosauropteryx. Satu-satunya spesies dari genus ini yang ditemukan sejauh ini adalah Sinosauropteryx prima. Dianggap sebagai dinosaurus pertama yang memiliki fitur bulu yang amat primitif, meski masih ada perdebatan mengenai bulu tersebut, pandangan lain menganggapnya sebagai serat kolegen. Sinosauropteryx dianggap bisa membantu menjelaskan bagaimana perkembangan bulu. Hingga saat artikel ini ditulis, belum ada tulisan ilmiah yang memastikan fitur bulu yang dimiliki Sinosauropteryx adalah mutlak bukan bulu.

     'Archaeoraptor' sendiri memang salah satu usaha pemalsuan oleh sekelompok penggali di China, dengan pikiran fosil yang utuh akan menghasilkan uang lebih banyak. Singkatnya, itu adalah ulah penggali fosil di China, yang bemaksud mengeruk uang lebih besar dari kolektor fosil. Dan bukan kasus pemalsuan oleh ilmuwan! Namun di balik itu, fosil ini merupakan sumber informasi berharga. Kepala dan badan atasnya adalah milik burung purba Yanornis, dan ekornya adalah milik Microraptor.

     'Archaeoraptor' sendiri tidak pernah diterima oleh Nature dan Science, dan diterbitkan National Geographic tanpa peer review. National Geographic sendiri merilis press release pada tanggal 3 Februari 2000, bahwa ada kemungkinan Archaeoraptor adalah hasil penggabungan, dan hasil investigasi mereka diumumkan pada terbitan Oktober 2000. Sejatinya National Geographic sendiri tidak bermaksud dengan sengaja melakukan penipuan, karena akan merusak nama baik mereka. Kronologi kejadiannya sendiri bisa dibaca di bawah.

     Kaum kreasionis seringkali mengungkit hal ini, dan menyebut 'Archaeoraptor' sebgai Piltdown versi burung. Namun bertolak belakang dengan Piltdown, 'Archaeoraptor' adalah penggabungan dari potongan fosil-fosil asli. Dan Microraptor, yang ekornya dipakai dalam penggabungan, justru adalah fosil transisi yang menunjukkan hubungan dinosaurus dan burung!

     Dan untuk menanggapi mereka yang bertanya soal bagaimana sistem peredaran darah reptil berkembang jadi sistem peredaran burung, gambar berikut menunjukkan perbandingan kasar sistem peredaran dan apa yang berubah.



     Beberapa tahun silam, ilmuwan menemukan satu temuan yang mengejutkan, yakni sisa kolagen dari fosil dinosaurus jenis T-rex. Dengan membandingkan dengan jaringan lunak dari ayam, ilmuwan menemukan kemiripan di antara keduanya, mengkonfirmasi kekerabatan atnara dinosaurus dengan unggas.

Pranala
Talkorigins - Archaeopteryx
ScienceDaily - Scientist Says Ostrich Study Confirms Bird "Hands" Unlike Those Of Dinosaurs
Don Lindsay archive - Alan Feduccia
Wikipedia - Archaeoraptor Chronology
Archaeopteryx's Relationship With Modern Birds
National Geographic - Feather Evolution
Dinosaur World - Archaeopteryx lithographica
National Geographic - T. Rex Protein "Confirms" Bird-Dinosaur Link
Nature - Molecular analysis supports controversial claim for dinosaur cells

No comments:

Post a Comment