15. Tuhan dan Proses Evolusi


     Benar bahwa ada sebagian kalangan yang berpikir bahwa evolusi adalah cara Tuhan untuk mengembangkan keanekaragaman makhluk hidup. Namun patut diingat, ini adalah pandangan umum dan bukanlah pandangan ilmiah. Sejatinya sains tidak membicarakan Tuhan, tidak membenarkan dan tidak menolak. Sains tidak melarang seseorang mempercayai adanya Tuhan, atau Tuhan berperan di dunia, selama mereka tidak memaksakan mencampuradukkannya dengan sains.

     Jika menurut Harun Yahya Alquran tidak menyebutkan adanya proses evolusi, dan karenanya menganggap tidak ada evolusi sama sekali, maka itu adalah tafsiran dia. Dan tafsiran seorang Harun Yahya tidak mengikat, baik untuk muslim sendiri, apalagi untuk kalngan non muslim.

     Jika menurut Harun Yahya Tuhan menciptakan makhluk hidup secara langsung, dalam wujud mereka saat ini, melalui proses supranatural, dan karenanya ia ingin menggantikan teori ilmiah dengan klaimnya, maka ia harus membuktikannya secara ilmiah. Jika ia hanya mendasarkan klaimnya dengan dasar iman semata, maka klaimnya hanya bisa diterapkan pada bidang filosofis, bukan sains. Sains tidak menerima iman sebagai dasar ataupun bukti. Sains bukan ilmu yang membahas segalanya, sains hanya membahas apa yang bisa diuji dan dibuktikan secara ilmiah pula. Karenanya tidak ada alasan memasukkan faktor supranatural dalam sains, apalagi menyodorkan jawaban supranatural untuk menggantikan teori ilmiah.


     Jika karena tidak melibatkan faktor Tuhan teori evolusi disebut materialistik, maka semua teori sains lain juga merupakan pandangan materialistik, karena semua teori itu juga tidak membahas dan melibatkan Tuhan!

     Tidak ada bukti ilmiah bahwa Tuhan menciptakan makhluk hidup, apalagi secara langsung. Penafsiran ayat kitab suci tidak bisa dijadikan dasar atau bukti dalam sains, karena sains tidak berkiblat pada agama tertentu saja. Ingat, ini bukan membicarakan filosofi, tapi sains. Dengan demikian, jika mengajukan argumen atau klaim, harus disertai bukti ilmiah.

     Adalah naif mengatakan satu makhluk tidak berevolusi, karena secara fisik dan visual mereka mirip dengan fosilnya. Sementara berdasar hasil pengujian, 2 spesies lalat buah, Drosophila melanogaster dan Drosophila virilis yang secara kasat mata mirip, ternyata hanya memiliki sekitar 70 persen kemiripan secara genetis.

*Dan Harun Yahya bahkan pernah melakukan kesalahan konyol dalam buku fisik Atlas of Creationnya, dimana ia menyandingkan fosil apa yang disebutnya fosil belut purba dengan gambar ular laut, semata karena sekilas mereka mirip!

     Dan teori evolusi memiliki bukti bahwa makhluk hidup berkembang secara berangsur. Misal Triadobatrachus, amfibi serupa kodok yang hidup di awal era triasik (250-205,7 juta tahun silam), fosilnya ditemukan di Madagaskar. Triadobatrachus memiliki 14 ruas tulang punggung, jauh lebih banyak dibanding kodok modern (4-9), dimana 6 dari ruas itu membentuk tulang ekor pendek. Triadobatrachus diketahui sebagai perenang, namun tidak bisa meloncat seperti kodok modern.

     Belum lagi temuan fosil Gerobatrachus hottoni yang berusia 290 juta tahun, yang menyerupai salamander namun juga memiliki ciri kodok, menunjukkan bahwa salamander dan kodok mungkin memiliki moyang bersama. Begitu juga dengan kura-kura. Temuan Odontochelys semitestacea, makhluk sejenis kura-kura yang memiliki tempurung dada namun tanpa tempurung punggung, menunjukkan pada kita bagaimana kura-kura mengembangkan tempurung mereka secara berangsur, dari tulang rusuk mereka. Masih banyak fosil transisi lain yang bisa disebutkan.

     Dan banyak informasi lain seputar fosil transisi bisa ditemukan di sini.

     Sebaliknya, bisakah Harun Yahya menunjukkan bukti ilmiah penciptaan langsung?

Pranala
Reptile Evolution - Triadobatrachus massinoti
National Geographic - Frog-amander
National Geographic - Oldest Turtle Found; May Crack Shell-Evolution Mystery

4 comments:

  1. permisi...
    saya seorang muslim ..pengetahuan di agama tidak bertolak dengan sains kok .. memang alquran tidak menjelaskan hal spesifik sperti proses binatang berevolusi ... karna alquran diturunkan untuk pedoman hidup...
    saya mengakui makluk hidup berevolusi secara ilmiah..
    tapi tidak dengan manusia...
    manusia tidak berevolusi kebentuk yang lebih canggih dan bukan jg hasil evolusi dari makhluk hidup lainnya seperti kera dkk ..
    kalo kalian memperhatikan fakta sampai sekarang ..tidak ada monyet yang jadi manusia atau manusia yang jadi ke bentuk lebih canggih...
    jika para evolusionis menyangka manusia yang memiliki jumlah kromosom (46) memiliki kekerabatan dengan simpanse yang berkromosom (48) .. kenapa mereka tidak mengaitkan manusia dengan berang-berang yang memiliki kromosom (48) jg atau Sable Antelope yang memiliki (46) kromosom jg sperti manusia???...

    ReplyDelete
  2. Mantab buat pendapat agan mas Nikko Aprianto A.S, kalau saya mah ogah leluhur saya berasal dari kera seperti pendapat para evolusionis, its blasphemy bro bagi kami seorang manusia dari keturunan bapak Adam !!!, Harun Yahya its good at logic, religy, and science, yo Mr.Pi-Man mikir dah lu..:p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Manusia sendiri sampai sekarang adalah kera besar (hominidae) dan kera (hominoidea). Taksonomi tak akan berubah hanya karena ego, begitupun evolusi.

      Dan sejak kapan harun yahya punya logika yg baik? Atau pengetahuan sains yg baik? Jika benar, dia takkan perlu menyebar propaganda hitam, rekayasa atau quote mining.

      Delete
    2. Halo saya dari tahun 2021 mau bilang kalo Harun Yahya dipenjara 1075 tahun karena pemerk0saan haha. Good at logic?? Good at religion?? Hah?

      Delete